“Duh, bakal ketahuan tempat persembunyianku,” pikir saya. Saya merasakan jantung berdebar kencang sewaktu mendengar langkah-langkah kaki saudara sepupu saya yang berusia lima tahun berbelok ke ruangan saya. Semakin dekat. Lima langkah lagi. Tiga. Dua. “Ketemu!”
The Experience Project adalah salah satu komunitas dunia maya terbesar pada abad ke-21, tempat puluhan juta orang pernah berbagi pengalaman paling menyakitkan dalam kehidupan mereka. Ketika membaca kisah-kisah memilukan di dalamnya, saya merenung betapa kita amat merindukan adanya seseorang yang dapat melihat—menyelami—penderitaan kita.
Beberapa waktu lalu, pada waktu musim dingin, kota tempat saya tinggal dilanda cuaca yang tidak lazim berupa angin kencang berkepanjangan dengan suhu dingin yang menusuk tulang. Selama dua minggu berturut-turut, termometer di luar rumah menunjukkan angka jauh di bawah 0 derajat (-20˚C; -5˚F).
Saat matahari terbenam, orang cenderung berhenti sejenak untuk menyaksikannya, memotretnya, dan menikmati pemandangannya yang indah.